Senin, 16 Juni 2025

Pisau tumpul dan Buah Durian


Jadi?

Bagaimana?

Sudahkah kamu berkontribusi baik?

Apakah yang kamu berikan pada akhirnya juga merupakan perjuangan yang sia-sia?

Pertanyaan itu yang sedari tadi bergemuruh dalam hati. Seketika, setelah keluar dari ruangan yang biasanya dingin menusuk tulang, tapi hari ini terasa gerah, kepala terus menilik hati. Sudahkan suara itu cukup? Atau akan percuma seperti sebelumnya? 

Akan ku analogikan kondisi hari ini seperti seseorang yang menggunakan sebuah pisau untuk menyajikan sebuah durian. Tapi pisau itu tumpul. Durian yang montong itu tidak dapat terkupas sempurna karena ketumpulan pisau itu. Padahal orang yang menggunakan pisau itu memiliki tangan yang kuat untuk membelah durian itu. Tapi sekali lagi, pisaunya tumpul. Dan akhirnya, durian itu tidak terbelah. Yang bisa diusahakan adalah membabat duri dari durian itu. Dan menyajikan durian itu dengan duri yang sudah dibabat, tapi tidak terkupas. Hehe, dan disajikan begitu saja. Apakah bisa dimakan? HARUSNYA TIDAK. Tapi harus dimakan karena sudah disajikan. Sakit memang, karena harus berjuang untuk dapat memakan buahnya dengan baik. Apalagi dengan menghunakan pisau yang tumpul. 


Alangkah naifnya, kenapa pisau itu tidak diasah dulu. Padahal tenaga manusianya memadahi untuk mengupas durian tersebut agar dapat dinikmati dengan nikmat. 


Tapi ini bukan tentang pisau tumpul dan buah durian. 


Tanggungjawab?? Kebijaksanaan? Belas kasih?

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda